Sungai dan
Jenis-jenisnya
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang
letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya
air taear menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai
merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai berasal
dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang
mengalir (Gletser).
Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan yang ada di bumi. Baik
manusia, hewan dan tumbuhan semua makhluk hidup memerlukan air untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sungai mengalir dari hulu ke hilir
bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Air sungai berakhir di
laut sehingga air yang tadinya terasa tawar menjadi asin terkena zat garam di
laut luas.
Ada
bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi
tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
Sungai Hujan,
adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air.
Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
Sungai Gletser,
adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya
benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak
ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg.
Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen)
dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
Sungai Campuran,
adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan
dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai
Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
Berdasarkan debit airnya (volume
airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai permanen, sungai
periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
Sungai Permanen,
adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai
jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan.
Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
Sungai Periodik,
adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim
kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa
misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan
sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
Sungai Episodik,
adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya
banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
Sungai Ephemeral,
adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya
sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan
sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Berdasarkan asal kejadiannya
(genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai konsekuen, sungai
subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
Sungai Konsekuen,
adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
Sungai Subsekuen atau strike valley adalah
sungai yang aliran airnya mengikuti strike batuan.
Sungai Obsekuen,
adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau
berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai
subsekuen.
Sungai Resekuen,
adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan batuan dan
bermuara di sungai subsekuen.
Sungai Insekuen,
adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur geologi.
Berdasarkan struktur geologinya sungai
dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan sungai sungai superposed.
Sungai Anteseden
adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada
struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan
arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
Sungai Superposed,
adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan
batuan yang menutupinya.
Berdasarkan pola alirannya sungai
dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis, rektanguler dan
pinate.
Radial atau menjari, jenis ini dibedakan
menjadi dua yaitu:
Radial sentrifugal, adalah pola aliran
yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung
yang berbentuk kerucut.
Radial sentripetal,
adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di daerah
basin (cekungan).
Gambar 2. Sungai Radial Sentripetal.
Dendritik,
adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana
sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat
di daerah datar atau daerah dataran pantai.
Gambar 3. Sungai Dendritik
Trellis,
adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
Gambar 4. Sungai Trellis.
Rektangular, adalah
pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
Gambar 5. Sungai Rektanguler.
Pinate,
adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
Gambar6. Sungai Pinate.
Anular,
adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Gambar 7. Sungai Anular.
Bagian-bagian Sungai dan Ciri-cirinya
Bagian-bagian dari sungai bisa
dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan
bagian hilir.
Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya
deras, daya erosinya besar, arah erosinya (terutama bagian dasar sungai)
vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya cembung (convecs),
kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri:
arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian
dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung sungai
berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan
sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya
tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping (horizontal), banyak terjadi
pengendapan, di bagian muara kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai
sering disebut dengan Drainage Area, atau Rivers basin atau Watershed.
DAS adalah daerah yang berada di sekitar sungai, apabila terjadi turun hujan
didaerah tersebut, airnya mengalir ke sungai yang bersangkutan. DAS merupakan
daerah di sekitar sungai tempat air hujan tertampung dan tempat di mana air
hujan dialirkan ke sungai tersebut.
DAS dibedakan menjadi
dua yaitu DAS gemuk dan DAS kurus. DAS gemuk, yaitu suatu DAS yang luas
sehingga memiliki daya tampung air yang besar. Sungai dengan DAS seperti ini,
airnya cenderung meluap bila di bagian hulu terjadi hujan deras.
Gambar 13. DAS Gemuk
DAS kurus, yaitu DAS yang relatif tidak
luas sehingga daya tampung airnya kecil. Sungai dengan DAS semacam ini luapan
airnya tidak begitu hebat ketika bagian hulunya terjadi hujan lebat.
Gambar 14. DAS Kurus
Sebagai tempat penampungan air hujan DAS
harus kita jaga kelestariannya. Cara menjaga kelestarian DAS antara lain tidak
menggunduli hutan/tanaman-tanaman di areal DAS. Cara lainnya yaitu tidak
mendirikan bangunan di areal DAS sebagai tempat pemukiman atau keperluan
lainnya.
Kerusakan DAS dapat terlihat dari adanya
tanda-tanda yang berupa:
a.
Lingkungan DAS semakin bertambah gundul,
dan
b.
Di sekitar DAS menjadi tempat pemukiman
penduduk yang padat.
Selain itu gejala alam
yang akan terjadi bila DAS rusak adalah:
a.
air sungai meluap, sering terjadi
banjir,
b.
akan terbentuk delta sungai, dan
c.
dataran pantai (tempat bermuaranya
sungai) bertambah luas.
Daerah
Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya
melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau.
Linsley (1980) menyebut DAS sebagai “A river of drainage basin in the entire
area drained by a stream or system of connecting treams such that all stream
flow originating in the area discharged through a single outlet”. area that drains to a common point, which
makes it an attractive unit for technical efforts to conserve soil and maximize
the utilization of surface and subsurface water for crop production, and a
watershed is also an area with administrative and property regimes, and farmers
whose ctions may affect each other’s
interests”.
Dari
definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta
unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow
dan outflow dari material dan energi. Selain itu pengelolaan DAS
dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan
DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum
untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum
dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin
agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang
tahun. Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat
diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya
didistribusikan melalui beberapa cara seperti diperlihatkan pada gambar ; Konsep
daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan
tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi,
yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran.
Dalam
rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan DAS,
terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi,
yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang
dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi,
yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,
kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS
bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain
dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan
air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan
seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.Ketiga DAS bagian hilir
didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan
melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah
hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan
air limbah.
Pemanfaatan Perairan Darat
Perairan darat antara lain dapat kita
manfaatkan untuk kepentingan sumber air minum, sumber tenaga, irigasi,
perikanan darat, transportasi, bahan baku industri, rekreasi dan olahraga air.
Air Minum
Air yang kita minum sehari-hari baik
yang berasal dari air sumur, air PAM, air danau atau sungai dan lain-lain
merupakan bagian dari perairan darat.
Sumber tenaga (energy)
Perairan darat dapat kita manfaatkan
sebagai sumber tenaga, misalnya untuk pembangkit listrik tenaga air dan sebagai
sarana transportasi.
Irigasi
Perairan darat dapat kita manfaatkan
sebagai sarana irigasi. Dengan demikian kita dapat melakukan berbagai usaha
pertanian dan perkebunan.
Perikanan Darat
Berbagai usaha produksi perikanan darat
(seperti ikan mas, lele, belut, nila dan lain-lain) dapat kita jalankan berkat
adanya sistem perairan darat. Majunya usaha perikanan darat di samping
meningkatkan penghasilan juga meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Sarana Transportasi
Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan
sebagai sarana transportasi. Contohnya banyak sungai-sungai di pulau Kalimantan
dan Sumatera yang dimanfaatkan sebagai sarana transportasi.
Bahan baku industry
Pemanfaatan air sebagai bahan baku
industri misalnya dalam memproduksi listrik tenaga air. Contoh lainnya PT.
Inalum di Sumatera Utara memanfaatkan air sungai Asahan dalam proses produksi
aluminiumnya.
Rekreasi
Waduk-waduk, rawa, danau ataupun
sumber-sumber air panas merupakan tempat yang dapat kita jadikan sebagai sarana
rekreasi yang menarik.
Olah raga air
Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan
sebagai sarana olah raga seperti renang, selam, kano dan lain-lain.
-
Arus adalah faktoryang paling penting
mengendalikan dan merupakan faktor pembatas di aliran air,
-
Pertukaran tanah-air relative lebih
ekstensif pada aliran yang mengasilkan ekosistem yang lebih terbuka dan suatu
metabolism komunitas tipe heterotropik
-
Tekanan oksigen biasanya lebih merata
dalam aliran air dan stratifikasi termal maupun kimiawi tidak ada atau dapat
diabaikan.
Zona
Utama Sungai
-
Zona
air deras merupakan daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi
untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas,
sehingga dasarnya padat.
-
Zona
air tenang merupakanbagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah
berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga
dasarnya lunak, tidak sesuai untuk benthos permukaan tetapi cocok untuk
penggali nekton dan pada beberapa kasus plankton.
Sifat dan Adaptasi Komunitas Sungai
• Melekat permanen pada substrat yang kokoh
• Kaitan dengan penghisap
• Permukaan bawah yang lengket
• Badan yang stream line
• Badan yang pipih
• Rheotaxis positif
• Thigmotaxis positif
Tingginya kepentingan manusia terhadap sungai
menyebabkan terjadi degradasi DAS sehingga meningkatkan sedimentasi, pengaturan
dan pengontrolan sungai dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangbiakan
organisme akuatik kerena perubahan puncak-puncak musim makan, ketinggian air,
luas dataran banjir dan interaksi air dengan tanah, serta (iii) terjadi
pencemaran sungai. Ketiganya menurunkan jumlah biota air dan spesies daratan
yang hidup di tepian sungai dan lebak (Dudgeon, 1992). Tingginya pengaruh
manusia menyebabkan tidak ada lagi sungai yang masih perawan di Asia (Hynes,
1989).
Pemantauan
kualitas perairan sungai umumnya dilakukan dengan menggunakan parameter fisik
atau kimia, tetapi akhir-akhir ini pemantauan dengan biota lebih diperhatikan.
Mengingat biota lebih tegas dalam meng-ekspresikan kerusakan sungai, termasuk
pencemaran lingkungan, karena biota bersentuhan langsung dengan sungai dalam
kurun waktu yang lama, sedang sifatsifat fisik dan kimia cenderung
menginformasikan keadaan sungai pada waktu pengukuran saja. Di samping itu,
biota lebih murah dalam pembiayaan, cepat, mudah diinterpretasikan dan cukup
sahih dalam menunjukkan kualitas lingkungan.
Aspek
Pengelolaan
Tiga
aspek dalam pengelolaan sumber daya air yang tidak boleh dilupakan, yakni aspek
pemanfaatan, pelestarian dan aspek perlindungan. Aspek pemanfaatan bertujuan
untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dengan yang tersedia. Aspek
pelestarian, agar pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan. Air perlu dijaga
kelestariannya baik dari segi jumlah maupun mutunya. Menjaga daerah tangkapan
hujan di hulu maupun daerah dataran merupakan salah satu bagian dari
pengelolaan, sehingga perbedaan debit air musim kemarau dan musim hujan tidak
terlalu besar dan juga menjaga air dari pencemaran limbah.
Aspek
pengendalian, karena disadari bahwa selain memberi manfaat, air juga memiliki
daya rusak fisik maupun kimiawi. Badan air (sungai, saluran, dan sebagainya)
terbiasa menjadi tempat pembuangan barang yang tidak terpakai, baik berupa cair
(limbah rumah tangga dan industri), maupun benda padat berupa sampah yang
mengakibatkan terjadinya pencemaran dan mengganggu kehidupan manusia, binatang
dan tumbuhan. Karena itu dalam pengelolaan sumber daya air tidak boleh
dilupakan adalah pengendalian terhadap daya rusak yang berupa banjir maupun
pencemaran.
Dalam
pengelolaan sumber daya air, ketiga aspek penting tersebut harus menjadi
satu-kesatuan. Salah satu aspek saja terlupakan, akan mengakibatkan tidak
lestarinya pemanfaatan air dan bahkan akan membawa akibat buruk. Jika kurang
benar dalam mengelola sumber daya air, tidak hanya saat ini kita menerima
akibat, tetapi juga generasi mendatang.
Strategi
Pengelolaan
Strategi
sistem pengelolaan pengembangan sumber daya air diarahkan untuk dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan, kualitas dan keterjangkauan pelayanannya.
Beberapa program dapat dilakukan. Pertama, pengembangan konservasi sumber
daya air, yang bertujuan meningkatkan produktivitas pemanfaatan sumber daya air
melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas sarana pengairan, mendayagunakan
sumber daya air bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kedua, program
penyediaan dan pengelolaan air baku yang bertujuan untuk meningkatkan
penyediaan air baku dan produktivitas prasarananya untuk memenuhi kebutuhan air
bagi hajat hidup orang banyak di perkotaan maupun pedesaan. Ketiga, program
pengelolaan sungai, danau, dan sumber daya air lainnya, yang bertujuan untuk
melestarikan kondisi dan fungsi sumber air sekaligus menunjang daya dukung
lingkungannya. Juga, meningkatkan manfaat sumber air sehingga dapat
dipergunakan untuk berbagai kepentingan. Keempat, program pengembangan sungai,
danau, dan sumber daya air lainnya yang bertujuan untuk mendukung upaya
mempertahankan kemandirian di bidang pangan dan meningkatkan produksi pertanian
lainnya, meningkatkan peran serta petani dalam pengelolaan jaringan irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2006. Macam macam jenis sungai. http://organsais.org/ macam_dan_jenis_sungai_.
Diakses tanggal 12 Agustus 2009.
Anonim.
2008. Macam macam jenis sungai. http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=
Efendi ediae. 2008. Kajian Model
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Diakses tanggal 12 Agustus 2009.