Sabtu, 09 Juni 2012

Pemanfaatan Pengelolaan Sungai


Sungai dan Jenis-jenisnya
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air taear menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai berasal dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser). Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan yang ada di bumi. Baik manusia, hewan dan tumbuhan semua makhluk hidup memerlukan air untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sungai mengalir dari hulu ke hilir bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Air sungai berakhir di laut sehingga air yang tadinya terasa tawar menjadi asin terkena zat garam di laut luas.
Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai konsekuen, sungai subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikuti strike batuan.
Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai subsekuen.
Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur geologi.
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan sungai sungai superposed.
Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis, rektanguler dan pinate.
Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.
Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di daerah basin (cekungan).
Gambar 2. Sungai Radial Sentripetal.
Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
Gambar 3. Sungai Dendritik
Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
Gambar 4. Sungai Trellis.
Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
Gambar 5. Sungai Rektanguler.
Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
Gambar6. Sungai Pinate.
Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Gambar 7. Sungai Anular.

Bagian-bagian Sungai dan Ciri-cirinya
Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.
Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.

Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai sering disebut dengan Drainage Area, atau Rivers basin atau Watershed. DAS adalah daerah yang berada di sekitar sungai, apabila terjadi turun hujan didaerah tersebut, airnya mengalir ke sungai yang bersangkutan. DAS merupakan daerah di sekitar sungai tempat air hujan tertampung dan tempat di mana air hujan dialirkan ke sungai tersebut.
DAS dibedakan menjadi dua yaitu DAS gemuk dan DAS kurus. DAS gemuk, yaitu suatu DAS yang luas sehingga memiliki daya tampung air yang besar. Sungai dengan DAS seperti ini, airnya cenderung meluap bila di bagian hulu terjadi hujan deras.
Gambar 13. DAS Gemuk
DAS kurus, yaitu DAS yang relatif tidak luas sehingga daya tampung airnya kecil. Sungai dengan DAS semacam ini luapan airnya tidak begitu hebat ketika bagian hulunya terjadi hujan lebat.
Gambar 14. DAS Kurus
Sebagai tempat penampungan air hujan DAS harus kita jaga kelestariannya. Cara menjaga kelestarian DAS antara lain tidak menggunduli hutan/tanaman-tanaman di areal DAS. Cara lainnya yaitu tidak mendirikan bangunan di areal DAS sebagai tempat pemukiman atau keperluan lainnya.
Kerusakan DAS dapat terlihat dari adanya tanda-tanda yang berupa:
a.       Lingkungan DAS semakin bertambah gundul, dan
b.      Di sekitar DAS menjadi tempat pemukiman penduduk yang padat.
Selain itu gejala alam yang akan terjadi bila DAS rusak adalah:
a.       air sungai meluap, sering terjadi banjir,
b.      akan terbentuk delta sungai, dan
c.       dataran pantai (tempat bermuaranya sungai) bertambah luas.

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Linsley (1980) menyebut DAS sebagai “A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of connecting treams such that all stream flow originating in the area discharged through a single outlet”.  area that drains to a common point, which makes it an attractive unit for technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of surface and subsurface water for crop production, and a watershed is also an area with administrative and property regimes, and farmers whose  ctions may affect each other’s interests”.
Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana  unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun. Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya didistribusikan melalui beberapa cara seperti diperlihatkan pada gambar ; Konsep daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran.
Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh dalam pengelolaan DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan-batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.Ketiga DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air  limbah.

Pemanfaatan Perairan Darat
Perairan darat antara lain dapat kita manfaatkan untuk kepentingan sumber air minum, sumber tenaga, irigasi, perikanan darat, transportasi, bahan baku industri, rekreasi dan olahraga air.
Air Minum
Air yang kita minum sehari-hari baik yang berasal dari air sumur, air PAM, air danau atau sungai dan lain-lain merupakan bagian dari perairan darat.
Sumber tenaga (energy)
Perairan darat dapat kita manfaatkan sebagai sumber tenaga, misalnya untuk pembangkit listrik tenaga air dan sebagai sarana transportasi.
Irigasi
Perairan darat dapat kita manfaatkan sebagai sarana irigasi. Dengan demikian kita dapat melakukan berbagai usaha pertanian dan perkebunan.
Perikanan Darat
Berbagai usaha produksi perikanan darat (seperti ikan mas, lele, belut, nila dan lain-lain) dapat kita jalankan berkat adanya sistem perairan darat. Majunya usaha perikanan darat di samping meningkatkan penghasilan juga meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Sarana Transportasi
Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana transportasi. Contohnya banyak sungai-sungai di pulau Kalimantan dan Sumatera yang dimanfaatkan sebagai sarana transportasi.
Bahan baku industry
Pemanfaatan air sebagai bahan baku industri misalnya dalam memproduksi listrik tenaga air. Contoh lainnya PT. Inalum di Sumatera Utara memanfaatkan air sungai Asahan dalam proses produksi aluminiumnya.
Rekreasi
Waduk-waduk, rawa, danau ataupun sumber-sumber air panas merupakan tempat yang dapat kita jadikan sebagai sarana rekreasi yang menarik.
Olah raga air
Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana olah raga seperti renang, selam, kano dan lain-lain.




Aliran adalah (sungai) dengan air tegenang (kolam) terkait dengan tiga kondisi (Odum, 1988), yaitu:
-          Arus adalah faktoryang paling penting mengendalikan dan merupakan faktor pembatas di aliran air,
-          Pertukaran tanah-air relative lebih ekstensif pada aliran yang mengasilkan ekosistem yang lebih terbuka dan suatu metabolism komunitas tipe heterotropik
-          Tekanan oksigen biasanya lebih merata dalam aliran air dan stratifikasi termal maupun kimiawi tidak ada atau dapat diabaikan.
 Zona Utama Sungai
-          Zona air deras merupakan daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya padat.
-          Zona air tenang merupakanbagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak, tidak sesuai untuk benthos permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan pada beberapa kasus plankton.
Sifat dan Adaptasi Komunitas Sungai
      Melekat permanen pada substrat yang kokoh
      Kaitan dengan penghisap
      Permukaan bawah yang lengket
      Badan yang stream line
      Badan yang pipih
      Rheotaxis positif
      Thigmotaxis positif
Tingginya kepentingan manusia terhadap sungai menyebabkan terjadi degradasi DAS sehingga meningkatkan sedimentasi, pengaturan dan pengontrolan sungai dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme akuatik kerena perubahan puncak-puncak musim makan, ketinggian air, luas dataran banjir dan interaksi air dengan tanah, serta (iii) terjadi pencemaran sungai. Ketiganya menurunkan jumlah biota air dan spesies daratan yang hidup di tepian sungai dan lebak (Dudgeon, 1992). Tingginya pengaruh manusia menyebabkan tidak ada lagi sungai yang masih perawan di Asia (Hynes, 1989).
Pemantauan kualitas perairan sungai umumnya dilakukan dengan menggunakan parameter fisik atau kimia, tetapi akhir-akhir ini pemantauan dengan biota lebih diperhatikan. Mengingat biota lebih tegas dalam meng-ekspresikan kerusakan sungai, termasuk pencemaran lingkungan, karena biota bersentuhan langsung dengan sungai dalam kurun waktu yang lama, sedang sifatsifat fisik dan kimia cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu pengukuran saja. Di samping itu, biota lebih murah dalam pembiayaan, cepat, mudah diinterpretasikan dan cukup sahih dalam menunjukkan kualitas lingkungan.

Aspek Pengelolaan
Tiga aspek dalam pengelolaan sumber daya air yang tidak boleh dilupakan, yakni aspek pemanfaatan, pelestarian dan aspek perlindungan. Aspek pemanfaatan bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dengan yang tersedia. Aspek pelestarian, agar pemanfaatan tersebut bisa berkelanjutan. Air perlu dijaga kelestariannya baik dari segi jumlah maupun mutunya. Menjaga daerah tangkapan hujan di hulu maupun daerah dataran merupakan salah satu bagian dari pengelolaan, sehingga perbedaan debit air musim kemarau dan musim hujan tidak terlalu besar dan juga menjaga air dari pencemaran limbah.
Aspek pengendalian, karena disadari bahwa selain memberi manfaat, air juga memiliki daya rusak fisik maupun kimiawi. Badan air (sungai, saluran, dan sebagainya) terbiasa menjadi tempat pembuangan barang yang tidak terpakai, baik berupa cair (limbah rumah tangga dan industri), maupun benda padat berupa sampah yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan mengganggu kehidupan manusia, binatang dan tumbuhan. Karena itu dalam pengelolaan sumber daya air tidak boleh dilupakan adalah pengendalian terhadap daya rusak yang berupa banjir maupun pencemaran.
Dalam pengelolaan sumber daya air, ketiga aspek penting tersebut harus menjadi satu-kesatuan. Salah satu aspek saja terlupakan, akan mengakibatkan tidak lestarinya pemanfaatan air dan bahkan akan membawa akibat buruk. Jika kurang benar dalam mengelola sumber daya air, tidak hanya saat ini kita menerima akibat, tetapi juga generasi mendatang.
  
Strategi Pengelolaan
Strategi sistem pengelolaan pengembangan sumber daya air diarahkan untuk dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan, kualitas dan keterjangkauan pelayanannya. Beberapa program  dapat dilakukan. Pertama, pengembangan konservasi sumber daya air, yang bertujuan meningkatkan produktivitas pemanfaatan sumber daya air melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas sarana pengairan, mendayagunakan sumber daya air bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kedua, program penyediaan dan pengelolaan air baku yang bertujuan untuk meningkatkan penyediaan air baku dan produktivitas prasarananya untuk memenuhi kebutuhan air bagi hajat hidup orang banyak di perkotaan maupun pedesaan. Ketiga, program pengelolaan sungai, danau, dan sumber daya air lainnya, yang bertujuan untuk melestarikan kondisi dan fungsi sumber air sekaligus menunjang daya dukung lingkungannya. Juga, meningkatkan manfaat sumber air sehingga dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan. Keempat, program pengembangan sungai, danau, dan sumber daya air lainnya yang bertujuan untuk mendukung upaya mempertahankan kemandirian di bidang pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya, meningkatkan peran serta petani dalam pengelolaan jaringan irigasi.
  
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Macam macam jenis sungai. http://organsais.org/ macam_dan_jenis_sungai_.
Diakses tanggal 12 Agustus 2009.
 
Anonim. 2008. Macam macam jenis sungai. http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=
137&fname=geo108_06.htm. Diakses tanggal 12 Agustus 2009.

Efendi ediae. 2008. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu. Diakses tanggal 12 Agustus 2009.

1 komentar: